Senin, 29 Juni 2009

Siapa yang Pelacur?

Tidak akan ada orang yang mau mengaku sebagai pelacur. Kalaupun mengaku, pasti ada alasan kuat berbelit-belit di balik itu, seolah jalan hidup mereka ditakdirkan memang hanya satu itu saja. Seperti halnya beberapa orang tak ingin mengungkap status keperawanannya secara teknis.

Pendapat orang zaman dulu mengatakan bahwa keperawanan seorang gadis akan menentukan masa depannya. Dan keperjakaan seorang pemuda tidaklah terlalu mempengaruhi masa depan karena katanya tidak ada bekasnya.

Orang zaman sekarang dengan paradigma yang sok termodernisasi mengatakan bahwa pada masa kini, keperawanan si gadis dan keperjakaan si pemuda sama-sama tidak berpengaruh pada masa depan masing-masing. Karena pola hidup sudah di-westernisasi, sehingga takkan jadi soal apakah orang itu perawan atau tidak, apakah orang itu perjaka atau tidak. Selama kelaminnya tidak berpenyakit dan ia bukan nyata-nyata pelacur.

Siapa bilang?


.Tahun XXXX.

Siang itu, di halaman sekolah sebuah SMA swasta ternama, ada 6 siswa kelas dua sedang berjalan pulang meninggalkan gedung. Mereka adalah Anya, Vera, Donna, Phillip, Karl, dan ... maaf, nama personil terakhir dirahasiakan. Kita bahkan tidak boleh tahu apakah ia seorang gadis atau pemuda.
Mereka berenam seperti manusia pada umumnya, mempunyai kisah tersendiri mengenai keperawanan dan keperjakaan mereka. Bahkan tentang 'kepelacuran' manusia.


.Tahun XXXX + 1.

Anya kehilangan keperawanannya dengan Donny, pacarnya yang anak kuliahan. Pikir Anya, itu tidak akan jadi masalah. Ia bisa saja nantinya menikah dengan Donny atau bukan dengan Donny, tidak jadi soal. Toh ia anak ibu kota dan zaman sudah modern, sehingga hanya orang-orang kolot nggak bisa maju yang masih memusingkan masalah virginity.

Saat ini, Vera, Donna, Phillip, dan Karl masih aman.
Personil keenam masih saja bungkam tak mau berbagi identitas maupun sepercik kisah.


.Tahun XXXX + 6.

Vera menikah dengan Yudi, seorang rekan kerjanya di kantor swasta. Vera menikah dalam keadaan perawan, dan ia memang sudah pernah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia hanya akan mempersembahkan keperawanannya yang satu-satunya untuk suami tercinta. Untuk pria yang memang atas dasar cinta memilihnya sebagai pendamping seumur hidup. Untuk pria yang memang ia cintai sepenuh hati.

Saat ini, Donna, Phillip, dan Karl masih aman.
Personil keenam masih saja bungkam tak mau berbagi identitas maupun sepercik kisah.


.Tahun XXXX + 7.

Phillip kehilangan keperjakaan sekaligus merenggut keperawanan Siska, kekasihnya. Selang beberapa bulan, Siska ternyata hamil dan menuntut dinikahi. Phillip pun menikahi Siska dalam keadaan mental tak siap dan finansial pas-pasan.

Sementara itu, Anya sudah sering berganti pasangan dan petualangan seksualnya seakan tak pernah berakhir. Ia pun tak ingat lagi apa yang ia cari dalam waktunya yang sejenak ini.

Saat ini, Donna dan Karl masih aman.
Personil keenam masih saja bungkam tak mau berbagi identitas maupun sepercik kisah.


.Tahun XXXX + 8.

Donna melelang keperawanannya melalui seorang kenalan yang bisa menghubungkannya dengan kalangan upper class yang identitasnya dijaga baik. Dengan kecantikan dan kemulusannya, Donna dihargai sangat tinggi untuk malam pertamanya. Ia pun merelakan keperawanannya ditukar sejumlah uang yang takkan bisa ia dapat dengan cara lain dalam sekejap mata.

Pada saat yang hampir bersamaan, Karl direnggut keperjakaannya oleh salah seorang atasannya yang penyuka sesama jenis. Karl tak dapat melawan, karena ia butuh pekerjaan. Batinnya bergejolak, namun tubuhnya kelamaan akan terbiasa.

Saat ini, tak ada lagi yang masih aman.
Personil keenam masih saja bungkam tak mau berbagi identitas maupun sepercik kisah.


.Tahun XXXX + 11.

Anya masih saja berkelana mencari pengalaman baru. Dengan orang Jawa, Sunda, Papua, bahkan Italia, Amerika, China, Afrika Selatan, dan Argentina. Ia ketagihan. Tak masalah ia diberi imbalan atau tidak. Imbalan terbaik buatnya adalah kepuasan.

Vera kini merasakan bahwa sia-sia belaka ia menjaga keperawanannya hanya untuk Yudi seorang. Pria itu tak lagi menghargainya sebagai istri, apalagi menyentuhnya. Yudi kerap bermain dengan perempuan-perempuan tak jelas asal-usulnya. Dan batin Vera terbunuh dengan semua itu. Ia heran kenapa para wanita sibuk mempersembahkan keperawanan untuk suami sementara suami tak akan mengingat 'jasa' itu? Ia hanya berusaha bertahan agar perkawinannya tampak baik di masyarakat.

Donna yang tiga tahun lalu menggunakan upah keperawanannya untuk memulai sebuah usaha, kini mulai memetik hasilnya. Bisnis home industry aksesoris rambut yang ia buat melalui keahlian tangannya, kini mulai merambah seluruh Indonesia. Ia menghabiskan waktu untuk bekerja, tak pernah ingat bahwa ia perlu partner sejati dalam hidup. Ia merasa ia harus cepat kaya dan jaya, untuk membayar pengorbanan besarnya dulu.

Phillip terpenjara di rumah di bawah kekuasaan Siska istrinya. Meski mencoba bersabar, namun Phillip sudah hampir sinting karena keegoan Siska yang tak pernah menghargainya sebagai lelaki dan suami. Phillip adalah budak Siska, hanya karena wanita itu lebih pintar mencari rezeki. Phillip budak di rumah, dan budak di ranjang.

Karl terjebak selamanya dalam lingkaran yang tak akan membiarkannya lepas. Ia tahu, banyak lelaki memilih menjadi gay akhir-akhir ini seakan itu tren. Bagi Karl dulu, itu menjijikkan. Tapi sekarang? Ia bahkan merasa tak berdaya bila melepas predikat itu. Ia melayani om-om abnormal yang haus akan sentuhan pria muda tampan seperti Karl.

Saat ini, tak ada lagi yang aman.
Personil keenam masih saja bungkam tak mau berbagi identitas maupun sepercik kisah.


.Tahun ini.

Kini saatnya mereka semua berhadapan dengan pertanyaan: siapakah yang pelacur?
Tak ada yang berani menjawab. Vera ingin menuding Anya, Anya ingin menuding Donna, Donna ingin menuding Karl, dan Karl ingin menuding Phillip.

Karena pada dasarnya mereka semua mirip pelacur, yang menggadaikan sesuatu yang berharga dalam diri mereka untuk suatu hal.
Karena pada dasarnya manusia punya kecenderungan untuk bersikap seperti pelacur, yang berbeda hanyalah: siapa tuan yang menjadi tempatnya melacurkan diri.

Dan pada hal ini pelacur serta melacur bukan melulu soal seks.
Manusia menggadaikan keperawanan, harga diri, kebebasan, akal sehat, dan apa pun karena uang, ketenaran, pekerjaan, image, cinta atau karena ketidakberdayaan yang memang tidak dicoba untuk diberdayakan.

Dan pada akhirnya sifat kepelacuran manusia itu yang menghalangi mereka untuk menjadi diri sendiri dan hidup sesuai hakikatnya.
Berbahagialah manusia-manusia yang masih bisa sadar akan apa yang ia cari dan masih bisa mencarinya dengan cara yang tidak akrab dengan kesan melacur. Lebih bagus lagi kalau manusia itu masih ingat pada Sang Pemberi Hidup.


Nah... bagaimana dengan Anda, si personil keenam?

Kini saatnya buat Anda untuk merunut cerita Anda sendiri. Tak perlu di sini. Cukup dalam hati nurani Anda saja.


XOXO,
F.C.
(published on Felice Cahyadi's Facebook on May 6, 2009)

Tidak ada komentar: