Senin, 06 Oktober 2008

Beautiful Bloody Night (Malam Terindah)

sepasang mata sedang mengintai mereka. mataku. tak sedetik aku berkedip, hanya karena aku tak ingin melewatkan seincipun gerakan mereka.

kueratkan cengkeramanku pada kemudi Audi A3 kakakku yang kubawa lari dengan paksa malam ini. demi untuk mengintai mereka. kubasahi bibirku sekilas karena aku merasa kering. sekujur tubuh ini kering. bahkan sampai terasa di dalam hati. sialan.

kupandang dengan getir sepasang tangan bajingan itu. ya, bajingan berwajah manis yang meluluhkan hati kekasihku yang bagai gunung es. bajingan yang didefinisikan sebagai cowok ganteng. tunggu, apa tadi? cowok ganteng? sampah. mereka semua sampah yang tidak bisa melihat.

sepasang tangannya menyentuh wajah gadisku dengan lembut. tubuh langsing kekasihku bersandar pasrah pada bodi Harrier hitam milik si bangsat itu, dan tentu saja bibir mereka bersentuhan pada detik berikutnya. kurasakan darahku memanas. tak rela bahwa bangsat itu mereguk manisnya bibir dewiku malam ini, dan malam-malam sebelumnya maupun berikutnya.

lelah, mereka menyudahi ciuman itu. setelah kekasihku masuk ke dalam rumahnya, si bangsat kembali ke mobil dan melaju pulang.

oke. inilah saatnya. malam ini memang malamku.

aku mengikuti Harrier gagah itu hingga tiba di depan sebuah rumah berpagar rendah. rumahnya. aku tahu bangsat itu adalah anak pengusaha kaya dari luar pulau jawa yang disekolahkan di jakarta. aku tahu bangsat itu tinggal seorang diri di rumah ini. ya, tentunya dengan beberapa pembantu atau tukang kebun.

aku tahu semua tentang dia. aku tahu dia dielu-elukan di sekolah. aku tahu dia dipuja bahkan oleh para guru sekalipun, karena prestasi akademiknya yang bagus. aku tahu sekolah menawarkan beasiswa dari prestasi olahraga padanya lantaran mereka merasa bahwa si bangsat itu telah mengharumkan nama busuk sekolah di berbagai kompetisi kacangan.

aku tahu bajingan itu dianggap sempurna. juga oleh gadisku.

aku turun dari mobilku. kuhampiri pagar rumahnya. dia keluar dari mobilnya dan menutup pagar, masih belum menyadari ada sesosok aku yang mendekat. dengan santai dia berbalik, melangkah ringan menuju pintu utama rumahnya.

haha. sekali lompatan membuatku melewati pagar rendah itu, mendarat beberapa meter di belakang punggung si bangsat. ia menoleh kaget. matanya yang bulat makin bulat. seperti mata anak anjing.

siapa kamu? suara si bangsat itu terdengar agak tidak tenang.

aku? kupamerkan seringai termanis yang bisa kuciptakan di wajahku. aku adalah orang yang akan menyenangkanmu malam ini.

alisnya mengerut. ia menunda keinginannya untuk masuk rumah dan berendam air panas. kini ia malah menghadapku, membuat rencanaku berjalan mulus.

kurasa aku pernah melihatmu gumam si bangsat. aku pernah melihatmu di sekolah.

tentu saja, bodoh. aku menyudahi seringaiku. hanya saja aku bukan anak populer sepertimu.

si bangsat mengangkat bahunya, seolah tak peduli dibilang populer. lalu apa maumu sekarang? ia berusaha santai, aku tahu itu.

membunuhmu, sahutku jujur dan singkat sambil mengeluarkan pisau daging besar yang kubawa kabur dengan diam-diam, tanpa ingin membuat siapapun curiga.

mata si bangsat makin besar. ia menelan ludah sambil memandang nanar ke arah pisauku yang cantik ini. kamu gila, ya? serunya.

memang, kataku. karena kamu memiliki gadisku, maka aku gila.

gadismu? ia menggelengkan kepala. ia bahkan tidak mengenalmu.

memang, lagi-lagi aku setuju padanya. ia memang belum mengenalku, tapi ia akan menjadi milikku selamanya. aku tahu itu! aku tahu semuanya! aku selalu tahu! geramanku menakutinya.

keluar dari rumahku sekarang! dasar psikopat! si bangsat mulai gemetar.

aku menikmati ini. bukannya menurut pada perintahnya, aku malah menyergapnya dan menghantamkan tubuhnya ke dinding. kututup mulutnya agar ia bungkam. ia meronta. meronta lagi. meronta lebih keras.

terimalah hukumanmu! bisikku tajam.

mata itu menangis. ia meraung dalam diam. memohon agar aku tidak melakukan apapun yang melukainya. kurasakan kakinya gemetar.

tuhan, ini adalah pertunjukan terindah yang pernah ada di muka bumi! ingin kutertawa sampai mampus rasanya.

kini seluruh tubuh laki-laki ini bergetar, ketika aku menyusuri permukaan kulitnya dengan ujung pisauku. selamat tinggal, pangeran! kataku kejam sebelum aku menjejalkan pisauku ke perutnya.

kutarik pisau itu. kujejalkan lagi. kutarik. kujejalkan di sekenanya dimanapun. asalkan kurasakan hangat darahnya mengenai tanganku yang dingin, kering.

lalu kulonggarkan jarak antara aku dan dia, membuatnya rubuh sedikit. kupandang bibirnya. yang telah mencium gadisku. sebuah seringai muncul di wajahku ketika aku menyayati bibir itu. darah menghiasi wajahnya. kini aku sadar dia memang tampan. hahaha!

aku menarik rambutnya, mencegah mayat ini makin roboh. dengan santai aku menggorok lehernya. tuhan, aku senang malam ini! aku senang! astaga, bisakah hidupku lebih indah daripada malam ini? kurasa tidak.

aku melangkah mundur. kudengar suara seseorang dari dalam rumah. secepat anak panah aku meninggalkan rumah itu. kupacu Audi kakakku menuju rumahku, dimana aku akan tidur nyenyak malam ini.

namun sebelum aku pulas nanti, aku akan menelepon kekasihku dan menceritakan apa yang telah kulakukan pada pujaannya. secara detail. hanya untuk melepas semua yang selama ini mengurungku.

aku menang malam ini. tak peduli apabila besok polisi akan menggiringku ke sel. tak peduli apabila namaku akan masuk koran dan berita kriminal.

aku hanya peduli satu hal. aku mencintai dewiku. setidaknya, aku mencintainya malam ini.

[inspired by my bloody valentine - good charlotte]